Mitos: Mutasi dapat Membuat Virus Corona lebih Agresif
Berita terkini mengabarkan bahwa virus corona telah “bermutasi” menjadi lebih “agresif”.
Para peneliti menemukan bahwa virus corona terbagi menjadi dua tipe genetik. Tipe “L”
diketahui muncul dengan mengembangkan dua perubahan genetik dibandingkan dengan
tipe “S” yang muncul lebih awal. Meskipun baru, tipe L cenderung lebih umum dan
menunjukkan bahwa kemampuannya dalam menginfeksi dan menyebar antar manusia jauh
lebih baik.
Tidak perlu khawatir dengan temuan ini.
Temuan ini diambil dari 103 sampel virus yang dikumpulkan dari negara, waktu, dan
laboratorium yang berbeda. Ini adalah sampel dari virus yang telah menyebabkan COVID-19
pada lebih dari 100.000 orang.
Kita tidak tahu apakah ini merupakan sampel yang dapat mewakili peredaran virus tersebut
sehingga kita tidak benar-benar yakin apakah tipe L ini lebih umum. Kita juga belum
memiliki informasi mengenai tipe mana yang lebih parah.
Dari mana cerita ini berasal?
Banyak sumber berita telah meliput temuan studi yang dilakukan peneliti dari Universitas
Peking dan pusat-pusat studi lain di Tiongkok. Misalnya, tajuk the Sun menyatakan bahwa
“Coronavirus has ‘mutated’ into TWO strains - with the most aggressive infecting 70% of
patients, scientists claim” (“virus corona telah ‘bermutasi’ menjadi DUA turunan - dengan
tipe paling agresif telah menginfeksi 70% pasien, klaim ilmuwan”).
Apa yang mendasari pernyataan ini?
Pernyataan ini berasal dari analisis riset yang dikirimkan secara sukarela, data genetik yang
tersedia secara publik dari 103 sampel virus corona yang dikumpulkan dari individu yang
terinfeksi, serta data dari kasus virus corona lainnya.
Para peneliti menemukan 149 perbedaan genetik antara virus corona yang diidentifikasi dari
orang-orang yang berbeda, sebagian besar hanya terjadi pada satu sampel. Virus corona
umumnya terbagi menjadi dua tipe, berdasarkan adanya atau tidak adanya perubahan di
dua tempat pada kode genetiknya. Para peneliti menyebutnya dengan tipe “S” (sekitar 30%
sampel) dan tipe “L” (sekitar 70% sampel).
Virus tipe S muncul lebih awal tetapi kurang umum dibandingkan dengan tipe L. Hal ini
membuat para peneliti menyatakan bahwa tipe L “mungkin lebih agresif dan menyebar
lebih cepat”.
Hampir semua kasus virus corona yang terkumpul sebelum awal Januari (yang semuanya
berasal dari Wuhan, lokasi pertama kalinya virus ini muncul) adalah tipe L (96%), tetapi
menurun pada bulan setelahnya (62%). Para peneliti beranggapan bahwa hal ini mungkin
terjadi karena langkah-langkah pencegahan berdampak lebih besar pada tipe L
dibandingkan pada tipe S, tetapi mengingat data saat ini sangat tidak merata, mereka
memerlukan lebih banyak informasi sebelum bisa memastikan anggapan tersebut.
Apa yang sumber terpercaya ungkapkan?
Para peneliti sendiri menyatakan bahwa belum jelas apakah tipe L menyebabkan penyakit
yang lebih parah (“lebih berbahaya”) dibandingkan dengan tipe S. Sampai saat ini kita masih
memiliki informasi yang terbatas mengenai genetika peredaran virus, dan bagaimana variasi
genetik berdampak pada tingkat keparahan atau penularan pada manusia, atau pada sel
serta binatang di laboratorium.
Sebagaimana yang diungkapkan dr. Michael Skinner, Pembaca Virologi di Imperial College
London, “Penulis membentuk hipotesis sementara yang masuk akal yang sekarang bisa diuji
dan bermanfaat ketika kita mengumpulkan lebih banyak rentetan dari tempat lain.” Namun
ingat, “Meskipun begitu, masih terlalu dini untuk berspekulasi pada segala konsekuensi
praktis dari observasi menarik ini”.
Analisis oleh EIU Healthcare
Kutipan
1. Tang X et al. On the origin and continuing evolution of SARS-CoV-2. National Science
Review, 2020; nwaa036 https://academic.oup.com/nsr/advance-article/doi/10.1093/nsr/nwaa036/5775463 (Diakses pada 9 Maret, 2020)
Daftar Pustaka
1. Science Media Centre. Expert reaction to study looking at whether there are two
strains of the novel coronavirus. https://www.sciencemediacentre.org/expert-reaction-to-study-looking-at-whether-there-are-two-strains-of-the-novel-coronavirus/ (Diakses pada 9 Maret, 2020)